Kamis, 07 Mei 2009

Pagaruyuang7

YANG DIPERTUAN GADIS PUTI RENO SUMPU
Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung terakhir
Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sumpu dikenal juga dengan Dipertuan Gadih
Bungkuak karena diusia tuanya bungkuk dan Yang Dipertuan Gadih Berbulu Lidah karena
lidahnya berbulu adalah seorang bangsawan dari dinasti Kerajaan Pagaruyung yang dilahirkan
pada tahun 1816 dinegeri yang bernama Sumpur Kudus dari ayahnya yang bernama Sultan
Abdul Jalil gelar Yang Dipertuan Sembahyang III dengan permaisuri yang bernama Yang
Dipertuan Gadis Puti Reno Sori atau biasa juga dipanggil Yang Dipertuan Gadis Halus.
Puti ini diberi nama Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sumpu karena ia dilahirkan
ditempat pengungsian keluarga raja-raja Pagaruyung di Sumpur Kudus. Setelah terjadi tragedi
berdarah dengan dilakukannya pembunuhan dan perburuan besar-besaran yang dilakukan
terhadap kerabat Diraja Pagaruyung oleh tentara Padri dibawah pimpinan Tuanku Lelo.
Sultan Abdul Jalil gelar Yang Dipertuan Sembahynag III kawin dengan permaisurinya Yang
Dipertuan Gadih Puti Reno Sori adalah perkawinan dalam lingkungan keluarga dekat karena
Sultan Abdul Jalill gelar Yang Dipertuan Sembahyang III adalah kemenakan dari ayah Yang
Dipertuan Gadih Puti Reno Sori yaitu Yang Dipertuan Patah. Sedangkan Yang Dipertuan
Gadih Puti Reno Sori adalah adik kandung dari Sultan Alam Bagagarsyah. Sultan Abdul Jalil
Yang Dipertuan Sembahyang III adalah pengganti Raja Alam Minangkabau Yang Dipertuan
Sultan Alam Bagagarsyah; setelah Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagarsyah ditangkap dan
diasingkan ke betawi pada tahun 1833 dengan tuduhan melakukan pemberontakan dan
pengkhianatan terhadap kekuasaan kolonial Belanda. Sebelum menduduki tahta Raja Alam
Pagaruyung Sultan Abdul jalil Yang Dipertuan Sembahyang III telah menjadi Raja Ibadat di
Sumpur Kudus dan juga Raja Adat di Buo. Dengan demikian berarti Sultan Abdul jalil Yang
Dipertuan Sembahyang III pada waktu menduduki tahta Raja Alam Pagaruyung sekaligus
juga menjadi Raja Ibadat di Sumpur Kudus dan Raja Adat di Buo. Hal ini disebabkan pada
saat itu dialah satu-satunya kerabat Diraja yang telah dewasa. Sultan Abdul Jalil Yang
Dipertuan Sembahyang III beserta permaisurinya Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sori serta
satu-satunya putri mahkota yang bernama Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu terpaksa
memindahkan pusat pemerintahan sementara dari Sumpur Kudus ke Muara Lembu Kuantan
Singingi. Setelah didesak terus oleh pasukan Belanda yang berpusat di Batusangkar dan di
Buo. Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang III kemudian mangkat dalam
pengungsiannya dan dimakamkan di pinggir sungai Batang Kuantan di nagari Cerenti.
Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu setelah menginjak dewasa dinobatkan
sebagai Raja Alam Pagaruyung menggantikan almarhum ayahnya Sultan Abdul Jalil Yang
Dipertuan Sembahyang III dan masih bertahta dipengungsiannya di Muara Lembu Kuantan
Singingi. Tidak lama kemudian Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu menikah dengan
Tuanku Ismail gelar Yang Dipertuan Gunung Hijau seorang raja dari kerajaan Gunung
Sahilan Darussalam. Dari perkawinan ini lahirlah seorang anak perempuan yang bernama Puti
Reno Sultan Abdul Majid yaitu nama yang sudah disediakan jauh-jauh hari sebelumnya
karena mengharapkan seorang anak laki-laki. Pada tahun 1869 Basa Ampek Balai serta
Niniak Mamak Nan Batujuah dari Pagaruyung dengan persetujuan residen Belanda di Padang
menjemput dan mendaulat yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu untuk kembali ke
Pagaruyung. Dalam perjalanan rombongan Basa Ampek Balai dan Niniak Mamak Nan
Tujuah dari Pagaruyung terjadi pengkhianatan yang dilakukan seorangbernama Umar Atuak
Kaciak dengan maksud menggagalkan upaya menjemput atau mengembalikan Yang
Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu ke Pagaruyung. Pengkhianat tersebut dibunuh oleh oleh
Datuak Bijayo dan Datuak Rajo Aceh. Setelah kembali ke Pagaruyung Yang Dipertuan Gadih
Puti Reno Sumpu membangun kembali istananya di Balai Janggo di bekas Istana Silindunag
Bulan yang dibumihanguskan oleh pasukan Padri pada tahun 1821. Untuk menunjang
kehidupan keluarga Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu Belanda memberi tunjangan
Onderstand. Disebabkan suaminya Sultan Ismail Yang Dipertuan Gunung Hijau, Raja
kerajaan Gunung Sahilan tidak dapat lama-lama meninggalkan kerajaannya dan setelah
beberapa lama mendampingi istrinya akhirnya ia kembali ke Gunung Sahilan dan mereka
bercerai. Sebagai gantinya Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu kemudian menikah
dengan perdana Mentrinya yaitu Sultan Mangun gelar Datuak Bandaro Putiah Tuanku
Penitahan Sungai Tarab. Sultan Mangun adalah anak dari Daulat Yang Dipertuan Raja Alam
Pagaruyung Sultan Alam Bagagarsyah (mamak kanduang dari Yang Dipertuan Gadih Puti
Reno Sumpu). Dan melahirkan anak yang bernama Puti Reno Saiyah gelar Yang Dipertuan
Gadih Mudo. Setelah dewasa Puti Reno Saiyah Yang Dipertuan Gadih Mudo menikah dengan
Sutan Badrun Syah Penghulu kepala Nagari Sumaniak. Sutan badrun Syah ini anak tertua dari
Sultan Abdul Hadis Makhudum Syah Sumaniak sedangkan Sultan Abdul Hadis ini anak dari
Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagarsyah, dari perkawinan inilah lahir 4 (empat) orang anak
Yaitu :
1. Puti Reno Aminah Gelar Yang Dipertuan Gadih Hitam
2. Puti Reno Halimah Gelar Yang Dipertuan Gadih Kuniang
3. Puti Reno Fatimah Gelar Yang Dipertuan gadih Ketek
4. Sultan Ibrahim Gelar Yang Dipertuan Tuanku Ketek
Sedangkan kakaknya Puti Reno Sultan Abdul Majid tidak menikah sampai akhir hayatnya.
Dalam kiprahnya setelah kembali ke Pagaruyung ada beberapa keberhasilan
yang patut dicatat dari yang Dipertuan gadih Puti Reno Sumpu :
1. Secara berangsur-angsur beliau menata kembali susunan pemerintahan adat,
setelah diporak-porandakan oleh para pasukan Padri dan Belanda
2. Menata kembali tata hubungan Pagaruyung dengan raja-raja dari Sapiah Balahan,
Kuduang Karatan dan dengan Kapak Radai, Timbang Pacahan dari kerajaan
Pagaruyung.
3. Atas usul beliau Belanda membangun jalan tembus dari Batusangkar ke Lintau,
Batusangkar ke baso dan jalan Lingkar Pagaruyung dari Batusangkar ke
Sawahlunto dan Batusangkar ke Sitangkai.
4. Atas jaimnan pribadinya membebaskan datuk-datuk di Pagaruyung dan Padang
Lua III Koto yang memimpin perlawanan terhadap Belanda guna menentang
perlakuan perlakuan Blasting (perpajakan) yang memberatkan rakyat.
Dari keempat cucu Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu inilah keturunan pewaris
Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung yang ada sekarang.
Yang Dipertuan Gadih Reno Sumpu akhirnya mangkat pada tahun 1912 pada usianya yang
ke 96 tahun.

Tidak ada komentar: